Selasa, 24 Agustus 2010

Sky_One.corporation







Huhh, Sky_One adalah nama yg terinspirasi dari nama tempat tinggal kami bersama. yang bernama "sekawan" tapi dengan seringnya kami internetan menjadi ingin menjadikannya sebuah kenangan yg tidak akan terlupakan. sehingga menggagas untuk membuat sebuah perkumpulan kami "Sky_One" yang merupakan perkumpulan teman2 dengan asal yang berbeda, latar belakang yang berbeda, keahlian yang berbeda, keunikan yang berbeda2. semua bercampur di sini, saat berkumpul saat yang paling gak ngebosesin, ngobrol bisa ampe lupa waktu, sakit perut karena ketawa. waaah bakal kangen neeeh dengan ini semua. kangen ke Lab komputer Fisika yg kec downloadnya nyampe 2MB, download film sampe hardisk semua penuh. hadoooh dimana lagi download yg kecepatan segitu tanpa quota...

Minggu, 22 Agustus 2010

PESAN KEMATIAN

PESAN KEMATIAN
(Yusuf Mansur)

---------------------------------
Kematian menjadi sebuah kepastian bagi semua anak keturunan Adam. Sayang, jarang ada yang mempersiapkan datangnya kematian secara baik.
ALKISAH ada seorang manusia yang berkawan dengan Malaikat Kematian. Karena merasa sudah akrab, manusia itu berpesan kepada malaikat tersebut, "Hai kawan, beritahu aku, ya, kalau sudah tiba saatnya kematian datang. Kabarkan jauh-jauh hari, biar aku ada kesempatan untuk mempersiapkan kematian datang."
Sang Malaikat Kematian tidak mengiyakan tapi tidak juga tidak menolak. la hanya tesenyum.
Dalam beberapa waktu lama, sang Malaikat tak datang berkunjung. Hingga suatu hari, malaikat tersebut mendatangi kawan tadi, dan memberitahukan bahwa jadwal kematiannya sudah tiba.
Marahlah kawan tersebut. "Bukankah sebagai sahabat engkau sudah aku minta untuk memberitahukan diriku? ! ! ! Mengapa engkau lalaikan:..?!!! Mengapa engkau lupakan...?!!!"
Sang Malaikat Kematian menjawab, "Tidak kawanku, tidak! Aku sudah memberitahumu sejak jauh-jauh hari. Aku juga sudah memperingatkanmu jauh­jauh hari sebelum kedatanganku ini."
"Ah, kamu bohong!"
" Tidak, aku tidak bohong. Lihatlah rambutmu yang mulai memutih. Lihatlah keriput di wajahmu yang mulai tampak. Rasakanlah bertambahnya kelemahanmu, seiring berkurangnya usia. Bukankah itu adalah peringatan kematian dariku...?"
Sang Malaikat Kematian terus saja bicara, "Hai kawan, belum lagi kematian satu-dua orang di sekelilingmu, dan pekuburan yang sering engkau lewati. Semuanya adalah peringatanku. Hanya engkau dilalaikan oleh duniamu, dan tidak memiliki hati yang bisa memahami...."
Sang kawan tetap marah. Dia lari meninggalkan sang Malaikat. Dan dia terus berlari, hingga sampai di atas gunung, dan bersembunyi di sebuah gua. Setelah merasa aman dari kejaran sang Malaikat Kematian, lalu dia beristirahat. Tapi tiba-tiba dia dikagetkan oleh sang Malaikat Kematian ternyata sudah lebih dulu sampai. Rupanya sang Malaikat sengaja menunggu kedatangannya!
Apa kata malaikat tersebut, "Hai kawan, jauh-jauh engkau lari dari diriku, padahal memang di sinilah aku ditugaskan untuk mencabut nyawamu!"
Saudara-saudaraku, pembaca "Kajian Wisata Hati" di mana pun Anda berada, dialog di atas digubah dari satu-dua riwayat badis, di mana ada seseorang yang berlari dari kematian, menghindari kematiannya. Tapi ajal tetap menjemputnya. Bahkan kematian datang di tempat dia bersembunyi; di lokasi yang justru ia anggap aman.
Saudara-saudaraku, Malaikat Kematian memang tidak akan bicara apa-apa, tapi kematian sendiri memiliki banyak tanda. Bertambahnya usia saja sudah merupakan peringatan akan datangnya kematian itu sendiri. Sedangkan kalau Malaikat Kematian sudah datang, berarti selesailah riwayat kita sebagai manusia yang hidup, dan berarti tibalah juga masanya untuk mempertanggungjawabkan segala lelaku semasa hidup, dengan sebenar-benarnya pertanggungjawaban. Tidak akan ada yang bisa mengelak untuk kembali lagi ke dunia dan bermaksud memperbaiki kehidupan. Tidak bisa. Semua manusia yang mati hanya bisa menunggu nasib atas kehidupan yang telah terlewati.

Bila Anda seorang yang ahli zina, dan belum bertaubat, maka tinggallah Anda menunggu apa keputusan Allah buat Anda.
Bila Anda ahli korupsi, ahli menipu, ahli makan harta haram, maka tinggallahAnda menunggu apa keputusan Allah buat Anda.

Bila Anda ahli durhaka terhadap orangtua, bukan ahli mendoakan dan menyenangkan orangtua, maka tinggallah Anda menunggu apa keputusanAllah buat Anda.
Maka saudaraku, sekarang saatnyalah kita bertaubat. Memohon ampun atas semua kesalahan kita, dan segera menempuh langkah­langkah kebaikan. Keharusan bertaubat, serta menempuh lang­kah-langkah kebaikan, bertambah­tambah keharusannya, manakala kita menyadari, pesan pesan kematian dan pesan-pesan ketidakgunaan harta, yang terus-menerus Allah sampaikan kepada kita. Lihat saja serangkaian musibah yang terjadi di negeri ini. Tidakkah semuanya menginsafkan kita akan datangnya kematian dan ketidakgunaan harta...?
Saudaraku, semoga kita bisa menyambut datangnya kematian, dan mengubah kehidupan, agar kehidupan kita terus membaik dan membaik. Baik kehidupan di dunia ini maupun kehidupan setelah kita meninggal kelak. Amin.
Sampai ketemu di pembahasan berikutnya. Insya Allah, kita akan membahas tentang "sesuatu yang bisa membuat Allah menunda kematian salah seorang di antara kita ".
Salam, Yusuf Mansur.

DOSA KALA DERITA

Dosa Kala Derita

Dua hari ini dua anggota keluarga saya sakit. Hari pertama isteri saya demam disertai panas tinggi. Setelah panasnya mereda, sehari kemudian giliran anak pertama saya yang terserang demam, panas dan batuk. Dan dalam dua hari itu pula, saya mengantar ke dokter yang sama, dokter yang sudah menjadi langganan keluarga kami. Seperti saat berobat sebelumnya, saya selalu meminta kwitansi pengobatan karena biasanya akan mendapat penggantian dari kantor.

Yang menarik, setiap kali hendak menuliskan nominal yang akan tertera di kwitansi, petugas klinik selalu bertanya, "mau ditulis berapa di kwitansinya?". Meski dia sudah tahu jawaban saya selalu sama, "sesuai yang saya keluarkan". Rupanya, petugas itu sebenarnya sudah tahu akan jawaban saya itu, namun ia hanya ingin tahu apakah saya akan berubah atau tetap pada pendirian saya. Bahwa saya tidak akan melebihkan bahkan satu sen pun nominal yang tertera di kwitansi untuk mendapatkan keuntungan. Ketika mendapat jawaban yang sama, wanita berusia limapuluh tahunan itu berujar, "alhamdulillah masih lurus."

Kesempatan berbuat dosa ternyata selalu terbuka di mana pun dan kapan pun, termasuk disaat kita menderita. Saat kita sakit, atau anggota keluarga sakit, kesempatan itu datang dengan cara seperti yang saya ceritakan di atas. Melalui kwitansi rumah sakit atau klinik, kita bisa saja mencantumkan nominal yang lebih dari sudah kita bayarkan. Kesempatan itu selalu saja ada dan bahkan ditawarkan, seperti yang selalu saya alami. Mungkin seandainya saya mengambil kesempatan itu dan meminta petugas klinik menuliskan nominalnya dua kali lipat dari yang saya bayarkan, kantor akan menggantinya tanpa banyak bertanya. Tetapi, apakah semudah itu saya menyebut angka yang saya inginkan? Akankah terasa ringan tangan saya saat menerima uang pengganti berobat dari kantor dalam jumlah yang tak sesuai?

Saya terus berpikir, seandainya saya mengambil kesempatan itu dan terus menerus mengulanginya setiap kali meminta kwitansi berobat. Dua kesalahan, kalau tidak bisa dibilang dosa, langsung tercipta secara bersamaan. Pertama, berdusta dengan nilai nominal yang tak semestinya. Kedua, merugikan perusahaan yang menurut saya masuk dalam kategori korupsi. Lantas, apa bedanya kita dengan para koruptor? Perbuatannya sama-sama memanipulasi angka-angka dan sama-sama merugikan perusahaan. Meski nilainya berbeda, namanya tetap sama; korupsi.

Tidak selesai sampai di dua kesalahan itu, perbuatan itu juga akan berdampak langsung maupun tidak langsung terhadap diri ini. Pertama, jelas-jelas kita akan dimintai pertanggungjawabannya kelak oleh Allah. Kedua, karena Allah tidak suka dengan perbuatan kita, jangan-jangan Sang Maha Penyembuh itu tak berkenan memberikan kesembuhan. Tentu ini lebih mengerikan, karena dengan semakin seringnya anggota keluarga kita sakit lantaran tak sembuh-sembuh, jangan-jangan kita semakin sering memanfaatkan kesempatan ini secara terus menerus untuk memanipulasi angka.

Semestinya kita bersyukur, setiap kali sakit atau anggota keluarga yang sakit, masih ada biaya untuk ke dokter. Apakah pantas rasa syukur itu diwujudkan dengan cara memanipulasi nominal dalam kwitansi berobat kita? Di saat yang sama, di luar kita teramat banyak orang-orang bernasib tak seberuntung kita membiarkan penyakitnya terus menggerogoti tubuhnya lantaran tak ada biaya untuk ke dokter. Tak sedikit yang harus menahan sakitnya hingga maut menjemput, lagi-lagi biaya menjadi kendala. Banyak anak-anak yang bertahun-tahun tergolek di tempat tidur, sementara orangtuanya tak mampu berbuat apa pun untuk kesembuhan si buah hati.

Sedangkan kita? Jangankan bersyukur, justru kita melakukan dosa di saat Allah menegur kita dengan sakit. Kwitansi itu hanya selembar kertas. Namun jika tertera nominal yang dimanipulasi di atasnya, selembar kertas itu akan membuat repot urusan kita di hadapan Allah kelak.

Bayu Gawtama
http://gawtama.blogspot.com

AKU DIMAKAMKAN HARI INI

Aku Dimakamkan Hari Ini
Perlahan, tubuhku ditutup tanah,
perlahan, semua pergi meninggalkanku,
masih terdengar jelas langkah langkah terakhir mereka
aku sendirian, di tempat gelap yang tak pernah terbayang,
sendiri, menunggu keputusan...

Istri, belahan hati, belahan jiwa pun pergi,
Anak, yang di tubuhnya darahku mengalir, tak juga tinggal,
Apatah lagi sekedar tangan kanan, kawan dekat,
rekan bisnis, atau orang-orang lain,
aku bukan siapa-siapa lagi bagi mereka.

Istriku menangis, sangat pedih, aku pun demikian,
Anakku menangis, tak kalah sedih, dan aku juga,
Tangan kananku menghibur mereka,
kawan dekatku berkirim bunga dan ucapan,
tetapi aku tetap sendiri, disini,
menunggu perhitungan ...

Menyesal sudah tak mungkin,
Tobat tak lagi dianggap,
dan ma'af pun tak bakal didengar,
aku benar-benar harus sendiri...

Tuhanku,
(entah dari mana kekuatan itu datang,
setelah sekian lama aku tak lagi dekat dengan-Nya),
jika kau beri aku satu lagi kesempatan,
jika kau pinjamkan lagi beberapa hari milik-Mu,
beberapa hari saja...

Aku harus berkeliling, memohon ma'af pada mereka,
yang selama ini telah merasakan zalimku,
yang selama ini sengsara karena aku,
yang tertindas dalam kuasaku.
yang selama ini telah aku sakiti hati nya
yang selama ini telah aku bohongi

Aku harus kembalikan, semua harta kotor ini,
yang kukumpulkan dengan wajah gembira,
yang kukuras dari sumber yang tak jelas,
yang kumakan, bahkan yang kutelan.
Aku harus tuntaskan janji janji palsu yg sering ku umbar dulu

Dan Tuhan,
beri lagi aku beberapa hari milik-Mu,
untuk berbakti kepada ayah dan ibu tercinta ,
teringat kata kata kasar dan keras yg menyakitkan hati mereka ,
maafkan aku ayah dan ibu ,
mengapa tak kusadari betapa besar kasih sayang mu
beri juga aku waktu,
untuk berkumpul dengan istri dan anakku,
untuk sungguh sungguh beramal soleh ,
Aku sungguh ingin bersujud dihadap-Mu,
bersama mereka ...

begitu sesal diri ini
karena hari hari telah berlalu tanpa makna
penuh kesia sia an
kesenangan yg pernah kuraih dulu, tak ada artinya
sama sekali mengapa ku sia sia saja ,
waktu hidup yg hanya sekali itu
andai ku bisa putar ulang waktu itu ...

Aku dimakamkan hari ini,
dan semua menjadi tak terma'afkan,
dan semua menjadi terlambat,
dan aku harus sendiri,
untuk waktu yang tak terbayangkan ...